Senin, 18 April 2011

Meditasi Mempertebal Permukaan Otak


Meditasi Mempertebal Permukaan Otak

Meditasi Mempertebal Permukaan Otak

Jakarta, Kompas, Senin, 14 Nov. 2005


Para ilmuwan telah mengetahui bahwa meditasi mungkin membuat bentuk otak cenderung permanen. Tapi, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bagian-bagian penting otak justru semakin tebal jika seseorang menjalankan aktivitas ini.


Pemindaian terhadap otak beberapa orang yang melakukan meditasi secara rutin memperlihatkan adanya perubahan ketebalan di bagian cortex (permukaan) yang berhubungan dengan penginderaan, pengenalan suara dan gambar, termasuk persepsi internal, misalnya pemantauan detak jantung atau napas.

Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa meditasi yang dilakukan secara rutin mungkin juga memperlambat penipisan cortex bagian depan yang dipengaruhi umur.

"Yang paling mengejutkan saya, latihan meditasi ternyata dapat mengubah bagian abu-abu pada otak," kata anggota tim peneliti Jeremy Gray, seorang asisten profesor psikologi di Yale.

Bagian otak yang sering ditemukan berubah karena aktivitas meditasi umumnya adalah daerah belahan kanan. Wilayah ini terutama memainkan peranan penting dalam proses perhatian yang berkesinambungan. Sementara, perhatian adalah salah satu fokus dari meditasi.

Para peneliti menduga bentuk lain dari yoga dan meditasi memiliki pengaruh yang mirip terhadap struktur otak. Tapi, setiap bentuk aktivitas tentu memberikan perubahan pada bagian cortex yang sedikit
berbeda, tergantung latihan mental yang dialaminya.

Subjek yang diteliti adalah orang-orang yang memiliki pekerjaan dan keluarga. Mereka hanya bermeditasi rata-rata 40 menit setiap hari dan tidak harus menjadi rahib. Penelitian hanya melibatkan 20 orang yang seluruhnya memperoleh pelatihan cara meditasi Buddha secara intensif. Meskipun demikian, para peneliti menyatakan bahwa hasilnya dapat dipercaya.

Penelitian ini dipimpin oleh Sara Lazar, asisten psikologi dari Massachusetts General Hospital. Hasil penelitiannya sendiri dijelaskan dalam jurnal NeuroReport edisi November.


Sumber: LiveScience.com < http://www.livescience.com/ >
Penulis: Wah

Dikutip dari:

Senin, 11 April 2011

Penelitian Menemukan: MEDITASI MEMBERIKAN PENYEGARAN PADA OTAK

Penelitian Menemukan: MEDITASI MEMBERIKAN PENYEGARAN PADA OTAK



Penelitian Menemukan:
MEDITASI MEMBERIKAN PENYEGARAN PADA OTAK


oleh Oleh Marc Kaufman
Staff Penulis di Washington Post
3 Januari 2005

Washington, Amerika Serikat – Penelitian tentang otak manusia dimulai untuk menghasilkan bukti nyata tentang meditasi yang telah dilakukan berabad-abad oleh para praktisi Buddhis: Disiplin Mental dan praktek meditasi bisa mengubah cara kerja otak dan membuat orang bisa mencapai tingkat kewaspadaan yang berbeda.

Keadaan perubahan tersebut secara tradisional telah dimengerti sebagai sesuatu di luar ukuran dunia fisik dan evaluasi obyek. Tapi beberapa tahun belakangan ini, para peneliti di Universitas Wisconsin bekerja sama dengan para bhikkhu Tibet telah berhasil menerjemahkan pengalaman-pengalaman mental tersebut ke dalam bahasa ilmu pengetahuan tentang frekuensi tinggi gelombang Gamma dan keseimbangan otak, atau koordinasi di antaranya. Dan mereka telah menunjukkan dengan tepat bahwa korteks prefrontal kiri yang letaknya tepat di belakang dahi sebelah kiri, adalah tempat dimana terjadi aktivitas otak yang hebat pada saat dihubungkan dengan meditasi.

”Apa yang kami temukan pada orang yang telah lama melakukan praktek meditasi memperlihatkan skala pergerakan otak yang belum pernah kami lihat sebelumnya”, kata Richard Davidson, seorang ahli ilmu otak di Laboratorium W.M. Keck yang baru di Universitas Wisconsin bernilai 10 juta dollar untuk meneliti Fungsi Imajinasi Otak dan Tingkah Laku. “Praktek mental mereka berpengaruh pada otak sama seperti pada latihan golf dan tenis yang akan mempertinggi daya guna otak”. Dia berkata, hal tersebut menunjukkan bahwa otak mampu untuk dilatih dan secara fisik dapat diubah sedemikian rupa seperti yang dapat dibayangkan oleh beberapa orang.

Para ilmuwan dulu percaya kebalikannya – bahwa hubungan-hubungan antar sel urat otak telah terbentuk sejak awal kehidupan dan tidak berubah pada masa kanak-kanak. Tetapi asumsi tersebut tidak terbukti selama 10 tahun yang lalu dengan bantuan imajinasi otak tingkat tinggi dan tehnik-tehnik lainnya, dan dalam tempatnya, para ilmuwan telah merangkum konsep pengembangan otak yang terus menerus dan "neuroplasticity”.

Davidson mengatakan bahwa hasil terbaru dari studi meditasinya yang dipublikasikan di “Cara Kerja Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional” di bulan November, mengambil konsep neuroplasticity satu langkah lebih jauh dengan memperlihatkan bahwa latihan mental via meditasi (dan barangkali cara lainnya) dapat dengan sendirinya mengubah cara kerja di bagian dalam dan di sekeliling otak.

Penemuan-penemuan baru tersebut adalah hasil kolaborasi lama, bila tidak mungkin, antara Davidson dan Dalai Lama Tibet, praktisi Buddhisme terkenal di dunia. Dalai Lama pertama kali mengundang Davidson ke tempat tinggalnya di Dharamsala, India pada tahun 1992 setelah mempelajari riset penemuan Davidson tentang emosi-emosi dari ilmu pengetahuan otak. Orang-orang Tibet mempunyai tradisi meditasi intensif yang telah berabad-abad lamanya dan, sejak mula, Dalai Lama telah tertarik untuk mengajak David dari segi ilmu pengetahuan menggali cara kerja pikiran meditasi dari para bhikkhunya. Dua tahun yang lalu, Dalai Lama menghabiskan dua hari untuk mengunjungi Laboratorium Davidson.

Pada akhirnya Dalai Lama mengirimkan delapan praktisi meditasinya yang ulung ke Laboratorium Davidson untuk dilakukan tes Electroencephalograph (EEG) dan scanning otak pada mereka.

Para praktisi Buddhis dalam eksperimen ini telah melalui latihan meditasi tradisional di Tibet Nyingmapa dan Kagyupa selama kira-kira 10.000 sampai 50.000 jam dalam waktu 15 sampai 40 tahun. Sebagai bahan perbandingan, 10 sukarelawan pelajar yang tidak mempunyai pengalaman meditasi sebelumnya juga di tes setelah mereka latihan meditasi selama 1 minggu.

Pada para bhikkhu dan sukarelawan dipasang sensor listrik sebanyak 256 buah dan diminta untuk bermeditasi dalam jangka waktu pendek. Berpikir dan aktivitas mental lainnya dikenal dapat memproduksi sedikit, tapi dapat dideteksi, aktivitas ledakan-ledakan listrik sebagai sekelompok besar syaraf yang mengirimkan pesan satu sama lain dan di situlah sensor-sensor tersebut diketahui. Davidson sangat berminat terutama dalam mengukur gelombang Gamma, beberapa dari frekuensi tertinggi dan yang paling penting gerak listrik pada otak.

Para bhikkhu dan sukarelawan diminta untuk bermeditasi, secara spesifik pada perasaan haru yang tidak terbatas. Ajaran Buddhis menjelaskan keadaan tersebut sebagai “kesiapan yang bebas dan kemampuan untuk membantu makhluk hidup”, yang mana hal tersebut ada di dalam intisari ajaran Dalai Lama. Para peneliti memilih pemusatan tersebut karena tidak perlu berkonsentrasi pada obyek tertentu, kenangan tertentu atau gambar tertentu dan mengolahnya, bukan merubah bentuk/ keadaan yang sudah ada.

Davidson mengatakan bahwa hasilnya jelas memperlihatkan bahwa meditasi mengaktifkan otak para bhikkhu yang telah terlatih dengan cara yang sangat berbeda dari para sukarelawan. Yang paling penting, gelombang elektroda menangkap pergerakan cepat-pindah yang lebih besar dan gelombang Gamma yang sangat kuat pada para bhikkhu, dan ditemukan pergerakan gelombang melalui otak jauh lebih teratur dan terkoordinasi daripada para pelajar. Pada orang yang baru belajar meditasi menunjukkan hanya sedikit aktivitas gelombang Gamma yang meningkat pada saat bermeditasi, tapi pada beberapa bhikkhu, otaknya memproduksi aktivitas gelombang Gamma yang jauh lebih kuat daripada yang pernah diberitakan sebelumnya pada orang yang sehat, kata Davidson.

Dia menambahkan, pada para Bhikkhu yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk bermeditasi, mempunyai tingkat gelombang Gamma tertinggi. “Dosis respon” ini – dimana obat atau aktivitas tingkat tinggi berpengaruh jauh lebih besar daripada di tingkat yang lebih rendah – adalah apa yang dicari oleh para peneliti untuk memperkirakan sebab dan pengaruhnya.

Dalam studi-studi sebelumnya, aktivitas mental seperti pemusatan pikiran, ingatan, belajar, kesadaran dihubungkan dengan semacam koordinasi syaraf yang meningkat ditemukan pada para bhikkhu. Gelombang Gamma yang kuat pada para bhikkhu juga dihubungkan dengan pekerjaan merajut, tidak sama dengan sirkuit otak, dan juga dihubungkan dengan aktivitas mental yang lebih tinggi dan juga meningkatkan kesadaran.

Penelitian Davidson konsisten dengan hasil kerja Davidson sebelumnya yang menunjukkan dengan tepat korteks prefrontal kiri dari bagian otak yang berhubungan dengan kebahagiaan, pemikiran-pemikiran positif dan perasaan-perasaan. Dengan menggunakan Fungsi Magnetic Resonansi Imajinasi (FMRI/ Functional Magnetic Resonance Imagining) pada bhikkhu yang sedang bermeditasi, Davidson menemukan bahwa aktivitas otak mereka – yang diukur dengan EEG – tinggi terutama di area ini.

Kesimpulan Davidson dari penelitian ini bahwa meditasi tidak hanya mengubah cara kerja otak dalam jangka pendek, tapi juga kemungkinan dapat memproduksi perubahan-perubahan secara permanen. Kata Davidson, penemuan itu didasarkan pada fakta bahwa para bhikkhu mempunyai lebih banyak aktivitas gelombang Gamma daripada para pelajar sukarelawan bahkan sebelum mereka mulai bermeditasi. Seorang peneliti di Universitas Massachussets, Jon Kabat-Zinn, juga telah menyimpulkan hal yang serupa beberapa tahun yang lalu.

Para peneliti di Universitas Harvard dan Princeton saat ini sedang melakukan percobaan pada beberapa bhikkhu yang sama dalam beberapa aspek yang berbeda dari praktek meditasi mereka: kemampuan mereka untuk memvisualisasikan gambar-gambar dan kendali dari pikiran mereka. Davidson juga berencana melakukan penelitian lebih lanjut.

“Apa yang kami temukan adalah pikiran atau otak yang terlatih, yang secara fisik berbeda dari otak atau pikiran yang belum terlatih” katanya. Pada saatnya “kami akan mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang pentingnya potensial pelatihan mental semacam ini dan meningkatkan kemungkinan bahwa hal ini akan dilakukan dengan lebih serius”.

Sumber : Meditation Gives Brain a Charge, Study Finds

Diterjemahkan oleh : Lena Handjaja, Jakarta
Editor : Bhikkhu Uttamo

Sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/meditasi-memberikan-penyegaran-pada-otak/

Sumber English: http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/articles/A43006-2005Jan2.html

Senin, 04 April 2011

Penelitian Menemukan: Meditasi Memberikan Energi pada Otak

Penelitian Menemukan :
Meditasi Memberikan Energi pada Otak


Oleh Marc Kaufman
Staff Penulis 'Washington Post'
Senin, 3 Januari 3, 2005; Halaman A05

Penelitian bidang otak mulai menghasilkan bukti nyata atas meditasi. Bukti ini yang dipertahankan oleh para praktisi meditasi Buddhis selama berabad-abad bahwa latihan mental dan praktek meditasi dapat mengubah kerja otak dan membuat orang mencapai tingkat-tingkat kesadaran yang berbeda.

Kondisi-kondisi yang berubah tersebut secara tradisi telah dimengerti dalam istilah-istilah luar biasa, seperti sesuatu di luar pengukuran dunia materi dan penilaian objektif. Tetapi selama beberapa tahun ini, para peneliti di Universitas Wisconsin bekerja sama dengan para bhikkhu Tibet telah dapat menerjemahkan pengalaman-pengalaman mental tersebut menjadi bahasa ilmiah berupa gelombang-gelombang gamma tinggi dan sinkroni atau koordinasi otak. Selanjutnya mereka telah menemukan sasaran tepat di bagian otak depan kiri, daerah tepat di belakang dahi kiri, sebagai daerah dimana aktivitas otak yang terutama berhubungan erat dengan meditasi

“Apa yang kita temukan adalah para praktisi yang telah lama berlatih menunjukkan pergerakan otak dalam skala yang belum pernah kita lihat sebelumnya.” Kata Richard Davidson, seorang ahli ilmu pengetahuan syaraf di laboratorium untuk pencitraan fungsi serta perilaku otak. Laboratorium baru senilai $ 10 juta milik univeresitas ini dinamakan W.M Nick. “Praktek mental mereka mempunyai pengaruh terhadap otak sama seperti praktisi golf atau tennis yang akan membantu kemampuan bertanding / bermain.” Ia berkata, hal ini juga menunjukkan bahwa otak mampu dilatih dan secara fisik dapat dirubah dengan cara-cara yang dapat dibayangkan oleh sedikit orang.

Para ilmuwan terbiasa percaya pada hal sebaliknya – bahwa sambungan-sambungan di antara sel-sel syaraf otak sudah ditetapkan di awal kehidupan dan tidak dapat diubah saat dewasa. Tetapi asumsi tersebut berhasil ditolak selama puluhan tahun ini dengan bantuan pencitraan otak dan teknik-teknik maju lainnya. Dan sesuai dengan kemajuan tersebut, para ilmuwan telah merangkul konsep tentang perkembangan otak yang tiada henti serta“syaraf yang mudah dibentuk”

Davidson mengatakan hasil-hasil terbarunya dari penelitian meditasi yang diterbitkan di Notulen rapat the National Academy of Sciences pada bulan Nopember membawa konsep “syaraf yang mudah dibentuk” selangkah lebih maju lagi dengan menunjukkan bahwa pelatihan mental melalui meditasi ( dan kemungkinan praktek-praktek lainnya) dengan sendirinya dapat mengubah kerja dalam otak dan aliran-aliran otak.

Penemuan-penemuan baru tersebut adalah hasil kerjasama yang lama antara Davidson dan Dalai Lama Tibet, Praktisi Buddhisme terkenal di dunia. Dalai Lama pertama kali mengundang Davidson ke kota kediamannya di Dharamsala, India di 1992 setelah beliau mengetahui tentang penelitian pembaharuan Davidson dalam ilmu pengetahuan syaraf tentang emosi-emosi. Rakyat Tibet mempunyai sebuah tradisi kuno berabad-abad untuk melakukan meditasi intensif dan sejak awal Dalai Lama mempunyai minat agar Davidson dapat melakukan penyelidikan secara ilmiah tentang cara kerja pikiran-pikiran para bhikkhu yang sedang bermeditasi. Tiga tahun yang lalu, Dalai Lama menghabiskan dua hari mengunjungi laboratorium Davidson.

Dalai Lama akhirnya mengutus delapan praktisi meditasi yang paling terampil ke laboratorium Davidson agar mereka dipasangkan / dihubungkan dengan pengujian electroencephalograph (EEG) dan pencitraan otak. Para praktisi meditasi Buddhis dalam percobaan telah melakukan latihan meditasi dengan tradisi Tibet Nyingmapa dan Kagyuga kira-kira selama 10,000 sampai 50,000 jam, selama 15 sampai 40 tahun. Sebagai pengontrol, 10 orang murid sukarelawan yang tidak pernah melakukan meditasi juga diuji setelah satu minggu pelatihan.

Para bhikkhu dan sukarelawan dipasangkan dengan sebuah jaring dengan 256 sensor elektrik dan diminta bermeditasi dalam jangka waktu pendek. Berpikir dan aktivitas-aktivitas mental lainnya diketahui menghasilkan sedikit (tetapi dapat ditemukan) ledakan-ledakan aktivitas elektrik saat sekelompok besar neuron saling mengirim pesan-pesan, dan itulah apa yang dibaca oleh sensor-sensor. Davidson terutama berminat mengukur gelombang-gelombang gamma, gelombang-gelombang elektrik otak yang paling sering dan paling penting.

Kedua grup diminta bermeditasi, terutama meditasi cinta kasih tanpa batas. Ajaran Buddhis menjelaskan kondisi tersebut sebagai “kesiapan tak terbatas dan kesediaan untuk menolong para makhluk hidup” dimana kondisi tersebut adalah inti dari ajaran Dalai Lama. Para peneliti memilih fokus tersebut karena hal itu tidak memerlukan konsentrasi pada objek-objek, ingatan-ingatan atau gambar-gambar tertentu dan memelihara kondisi pikiran tanpa harus mengubahnya.

Davidson mengatakan hasil-hasil menunjukkan dengan jelas bahwa meditasi menggerakkan pikiran-pikiran terlatih para bhikkhu dengan cara yang jelas-jelas berbeda daripada mereka para relawan. Yang paling penting, elektroda-elektroda membaca pergerakan cepat yang jauh lebih besar dan gelombang-gelombang gamma yang sangat kuat pada para bhikkhu dan menemukan bahwa pergerakan gelombang-gelombang melalui otak jauh lebih terorganisir dan terkoordinir daripada yang terjadi pada para murid. Murid yang tidak berpengalaman hanya menunjukkan sedikit kenaikan aktivitas gelombang gamma saat bermeditasi, tetapi beberapa bhikkhu menghasilkan aktivitas gelombang lebih kuat daripada orang-orang sehat yang pernah dilaporkan sebelumnya, kata Davidson.

Bhikkhu-bhikkhu yang telah berlatih meditasi paling lama mempunyai tingkat gelombang gamma paling tinggi. Ia menambahkan. “reaksi dosis” ini – dimana tingkat-tingkat suatu obat atau aktivitas lebih tinggi mempunyai pengaruh lebih besar daripada tingkat-tingkat lebih rendah – adalah apa yang dicari oleh para peneliti untuk menilai sebab dan akibat.

Pada penelitian-penelitian sebelumnya, aktivitas-aktivitas mental seperti memusatkan pikiran, ingatan, belajar dan kesadaran dihubungkan dengan agak bertambahnya koordinasi syaraf yang ditemukan pada para bhikkhu. Gelombang-gelombang gamma kuat yang ditemukan pada para bhikkhu juga telah dihubungkan dengan saling bersambungnya aliran-aliran otak yang berbeda, selanjutnya juga berhubungan dengan aktivitas mental lebih tinggi dan juga kesadaran lebih tinggi.

Penelitian Davidson sesuai dengan penelitian awalnya yang berfokus pada daerah otak depan kiri sebagai daerah otak yang berhubungan dengan kebahagiaan dan pikiran-pikiran serta emosi-emosi positif. Pemakaian pencitraan functional magnetic resonance (fMRI) pada para bhikkhu yang sedang bermeditasi, Davidson menemukan bahwa aktivitas otak mereka – seperti yang diukur dengan EEG – terutama tinggi di daerah ini.

Davidson menyimpulkan dari penelitian bahwa meditasi tidak hanya mengubah kerja otak dalam waktu pendek, tetapi juga cukup berkemungkinan menghasilkan perubahan-perubahan permanen. Ia berkata penemuan itu berdasarkan fakta bahwa para bhikkhu mempunyai aktivitas gelombang gamma jauh lebih banyak daripada grup yang dikontrol bahkan sebelum mereka mulai bermeditasi. Seorang peneliti di Universitas Massachussetts, Jon Kabat-Zinn, mendapatkan kesimpulan yang serupa beberapa tahun yang lalu.

Saat ini para peneliti di Harvard dan Princeton sedang menguji beberapa orang bhikkhu yang sama tadi dalam segi-segi berbeda pada praktek meditasi mengenai kemampuan mereka untuk membayangkan gambaran-gambaran serta mengendalikan pikiran mereka. Davidson juga berencana melakukan penelitian lebih lanjut.

Ia berkata, “Apa yang kita temukan adalah pikiran atau otak yang terlatih secara fisik berbeda daripada yang tidak terlatih.”. Pada waktunya,“Kita akan dapat mengerti lebih baik kemungkinan pentingnya pelatihan mental demikian serta meningkatkan kemungkinan bahwa latihan ini akan dipelajari dengan serius.”

Terjemahan: Jenny H, Sby
Editor : Bhikkhu Uttamo

Sumber:http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/meditasi-memberikan-energi-pada-otak/

English: http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/articles/A43006-2005Jan2.html