Rabu, 08 Desember 2010

Keanu Reeves Mengenal Dharma





Keanu Reeves Mengenal Dharma



Keanu Reeves, terkenal dalam perannya sebagai Pangeran Siddharta
dalam film Little Buddha dan sebagai pemeran utama dalam trilogi Matrix,
baru-baru ini telah membintangi Constantine, film terkenal lainnya dengan
tema keagamaan. Sebagai pendukung agama Buddha yang setia,
dia memberikan kata pendahuluan, saling bergantian dengan Richard Gere,
dalam setiap dari tiga belas seri Discovering Buddhism at Home Series
yang berdurasi 30 menit yang diterbitkan oleh
Foundation for the Preservation of the Mahayana Tradition (FPMT).
Dalam wawancara oleh Stephen Hamel ini, Keanu berbicara
tentang perannya dalam film The Little Buddha,
apa yang membuat dia tertarik pada agama Buddha,
kegemarannya pada buku-buku karangan Dalai Lama,
dan bagaimana agama Buddha memberinya
suatu arti kehidupan yang baru.



Bagaimana Anda bisa terlibat dengan Bernardo Bertolucci dan film The Little Buddha?


Bernardo menonton My Own Private Idaho dan dia melihat saya di sana. Dulu saya tidak tahu apapun tentang agama Buddha. Ketika saya masih kecil, ibu saya mempunyai hasil kerajinan dari negeri China, jadi bagi saya Buddha adalah orang gemuk yang sedang tersenyum ini. Saya berasal dari keluarga yang bukan Kristen. Ibu saya orang Inggris dan tidak tertarik dengan gereja, tidak terlalu peduli akan hal keagamaan. Dalam hidup saya, saya telah mencari dan tertanya-tanya tentang Tuhan. Saya bergabung dengan perhimpunan Alkitab sebentar ketika masih berumur 11 tahun tetapi rupanya membosankan.
Kami bertemu di sebuah hotel di kota New York dan Bernardo menceritakan kisah dari naskah ini kepada saya.


Dia bercerita tentang lama dari Tibet yang dia jumpai dan bagaimana dia juga dulunya berasal dari keluarga yang tidak beragama, yang tidak memiliki kepercayaan, seperti saya. Tapi ketika dia bertemu para lama ini, mereka seakanakan "mempengaruhi" dia begitu saja. Dan sewaktu dia bercerita, saya mulai menangis, dan menyadari bahwa saya ingin sekali berada di sana.

Ketika Anda syuting untuk film Much Ado About Nothing di Italia, Anda bertemu dengan aktor Brian Blessed, dan dia membantu Anda dalam persiapan untuk film The Little Buddha.


Ada sesuatu tentang Brian Blessed yang membuat saya berpikir bahwa dia ada bermeditasi. Dia seorang aktor, dia mendaki Gunung Everest, dan ada sesuatu tentang dia yang membuat saya ingin bertanya kepadanya tentang Dharma (kebenaran). Jadi saya bertanya kepadanya apakah dia sudi meluangkan sedikit waktu untuk mengajarkan meditasi kepada saya. Saya harus membuktikan kepadanya bahwa saya ingin belajar. Dia mengajarkan saya meditasi yang sangat sederhana dan mendasar. Inilah awal perkenalan saya pada banyak pengalaman lain, pada suatu pesona yang menarik saya.
Selama 3 bulan saya terlibat dalam film ini, saya telah mendapatkan banyak contoh berjumpa dengan umat Buddha tanpa disengaja. Dalam perjalanan ke Florence untuk menemui saudara perempuan saya, saya memberi tumpangan untuk seseorang di jalan dan tiba-tiba saja saya bisa bertanya, "Apakah Anda seorang Buddhis?" Dan ya, dia bilang dia seorang umat Buddha! Hal ini sering kali terjadi.

Kapan Anda mulai terpikat secara mendalam dengan agama Buddha? Pada kunjungan pertama Anda ke Nepal?

Saya mulai merninta dikirimkan buku-buku Dharma kepada saya ketika saya syuting film Much Ado About Nothing, dan mulai membaca, melatih sikap tubuh dan duduk bermeditasi. Hal pertama yang saya pelajari adalah Empat Kebenaran Mulia: penderitaan, penyebab penderitaan, akhir dari penderitaan, dan jalan menuju akhir dari penderitaan. Umat Buddha percaya akan tidak adanya 'diri'. Sang 'aku', yang kita sebut 'ego' di Barat, tidaklah ada.
Ketika saya di Nepal untuk membuat kostum, saya bertemu dengan seorang "guru", seorang Rinpoche (ahli dalam agama Buddha), yang bekerja bersama Bernardo. Saya mendapatkan beberapa sesi pelatihan diri darinya. Beliau mengajarkan serangkaian meditasi dan beliau berkata kepada saya bahwa untuk dasarnya fokuskan pada pemahaman tentang konsep 'diri'. Beliau memberitahukan saya untuk menerima keadaan tersebut, kemudian lanjutkan ke hal-hal yang lebih rumit, dan pada dasarnya adalah mengenai belaskasih dan kebijaksanaandan Anda akan memperoleh kebahagiaan yang sebenarnya!
Kemudian saya mulai melakukannya bersama Rinpoche yang mengajarkan saya bagaimana menangani konsep tentang diri. Saya juga mempelajari banyak kebiasaan dalam Buddhis darinya.Tetapi Rinpoche juga berpesan pada saya untuk tidak menerima begitu saja apa yang telah dia katakan hanya dengan berdasarkan keyakinan! "Rasakan, kunyah, dan uji terlebih dahulu kebenarannya seperti tukang emas menguji keaslian emasnya". Saya rasa itulah kekuatan agama Buddha. Agama Buddha tidak menarik-narik orang lain untuk menjadi pengikutnya begitu saja. Seorang umat Buddha tidak akan memintamu mengucapkan I4 Doa kepada Bunda Maria sebelum mereka memberimu makanan. Agama Buddha bukanlah mengenai hal-hal seperti demikian. Hal utama yang telah membuat saya tertarik dengan agama Buddha adalah bahwa umat Buddha menaruh perhatian terhadap kebenaran. Inti dalam agama Buddha adalah cintakasih dan belaskasih dan kebaikan serta kebahagiaan bagi semua makhluk.

Anda jelas sekali sangat terpengaruh oleh ajaran Buddha. Inginkah Anda menjadi bhikkhu?
Tidak, tetapi ada sesuatu dalam diri saya menginginkannya. Ada bagian dari diri saya yang sedang mencari penegasan untuk melakukannya. Saat ini saya sedang bersungguh-sungguh dalam Buddhisme. Saya akan terus berlatih dan mempelajari agama Buddha.

Bagaimana pengaruh agama Buddha terhadap kehidupan Anda sebagai seorang aktor?
Saya telah dilatih menjadi seorang aktor selama 10 tahun: melihat diri saya, bertanya mengapa saya merasakan sesuatu hal, apa yang saya rasakan sekarang, mempelajari berbagai ekspresi fisik, dan mencoba mempelajari aspek emosi dan kecerdasan dalam setiap hubungan dengan orang lain. Dan ini telah membantu saya. Agama Buddha mengandung unsur pengobatan dalam beberapa hal dan saya telah sedang melatih pikiran saya.

Adegan pertama yang Anda mainkan dalam film tersebut adalah pencapaian penerangan sempurna oleh Siddhartha. Bagaimana Anda persiapan Anda?
Saya hanya mencoba memberi diri saya ketenangan dan ruang tanpa batas. Bernardo mempunyai sebuah gambar yang menarik dari sebuah buku tentang ekspresi muka. Saya hanya mencoba dan berusaha memahami makna gambar tersebut dan membayangkannya.

Bagaimana tentang diet ketat yang Anda harus lakukan ketika Anda melakukan adegan Siddharta yang telanjang dan membiarkan dirinya kelaparan di dalam hutan?
Anda dan saya tahu bahwa saya suka makan! Makan adalah salah satu hal paling menyenangkan dalam kehidupan! Tetapi dalam beberapa minggu itu kami melakukan adegan menahan nafsu tersebut, jadi saya puasa; saya hanya makan sebuah jeruk dan 10 liter air dalam satu hari!
Siddharta mencari pembebasan dari usia tua, penderitaan, dan kematian. Beliau sedang berusaha menaklukkan tubuh jasmani-Nya, menaklukkan nafsu-Nya, kemelekatan-Nya, dan Beliau sedang menguji diri-Nya. Beliau berpikir, "Jika Saya dapat menaklukkan nafsu Saya, Saya akan terbebas."

Bagaimana gambaran secara keseluruhan dari film tersebut?
Kami membuat penggambaran tentang Pangeran Siddharta dengan nuansa penuh arti moral, menyentuh, dan penuh belaskasih. Ini merupakan pendapat saya.

Bagaimana reaksi umat Buddha tentang film ini?
Saya tidak tahu. Saya belum menonton film tersebut. Pada awalnya sutradara Satyajit Ray yang berkebangsaan India menolak ide pembuatan film yang berkisah tentang Sang Buddha.Tentunya pasti ada orang lain yang berpikiran seperti itu juga. Film ini bukan berkisah tentang Sang Buddha. Ini merupakan penggambaran tentang Pangeran Siddharta dan kehidupannya. Bernardo telah sangat berhati-hati mengenai tanggungjawabnya. Tradisi, ritual, dan praktek yang digambarkan dalam film tersebut sangatlah teliti, dan pengajaran tentang Dharma di dalamnya cukup kompleks, berharga, dan mendalam, dan mudah-mudahan hal itu akan berguna.

Ada komentar lebih lanjut lagi?
Anda harus membaca buku-buku karangan Yang Mulia Dalai Lama, atau mendengarkannya. Beliau sangat mengesankan. Ada juga buku ini yang sedang saya baca baru-baru ini berjudul Kindness, Clarity and Insight (Kebaikan, Pencerahan dan Pandangan Terang). Jika ada yang ingin merasakan sedikit tentang hal-hal ini kebaikan, pencerahan dan pandangan terang (pemahaman yang benar) mereka harus membacanya.



Sumber: "The Sound Issue", April 1993i-D magazine (UK)

Sumber: How to Develop Happiness in Daily Living
Penerbit : Bodhi Buddhist Centre Indonesia, Medan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar