Jumat, 03 Juni 2011

Meditasi Turunkan Tensi


Meditasi Turunkan Tensi




Meditasi Turunkan Tensi

Saat masih menjadi pelajar SMA, Nick Fitts termasuk orang yang punya beban banyak di pundaknya. Ia harus menjalani dua pekerjaan paruh waktu. Padahal, ia tak punya kendaraan. Ditambah, permasalahan hubungan dengan ibunya. Semua tekanan itu bisa meningkatkan tekanan darahnya dan membuatnya berisiko menderita hipertensi.

Ketika sebuah sekolah tinggi menawarinya untuk bergabung dengan kelompok meditasi, awalnya ia cuek saja. Bahkan, ia sempat beranggapan kalau kegiatan itu hanya membuang waktu. Namun, begitu ia bergabung, ia langsung merasakan keuntungannya. "Meditasi dapat membuat hati saya tenang dan pikiran saya jadi lebih jernih dalam memecahkan suatu masalah," aku Fitts yang saat ini kuliah di jurusan keperawatan  University of South Carolina, Aiken.

Studi yang dilakukan pada kelompok ini menunjukkan, meditasi dapat menurunkan tekanan darah. Para pelajar menjalani meditasi dua kali sehari, masing-masing 15 menit. Satu sesi meditasi dilakukan di rumah, satu sesi lagi di sekolah. "Hasilnya, tekanan darah mereka turun setelah empat bulan rutin melakukan meditasi tersebut," ungkap seorang peneliti.

Setidaknya ada 5.000 pelajar yang dilibatkan dalam studi ini. Dan sekitar 156 pelajar mengalami tekanan darah tinggi. Separo dari kelompok itu menjalani sesi meditasi, sedangkan separonya hanya mendapat pelajaran kesehatan. Semua pelajar itu dipantau tekanan darahnya 24 jam setiap hari. Menurut studi tersebut, kelompok yang tidak mendapat sesi meditasi, tekanan darahnya tidak mengalami penurunan. Beda dengan yang menjalani meditasi.

Saat ini, satu dari empat orang dewasa diduga menderita hipertensi. Suatu penyakit yang merupakan faktor risiko untuk serangan jantung dan stroke. Jadi, bila sejak remaja sudah punya bakat tekanan darah tinggi, kemungkinan dewasanya kelak risikonya lebih tinggi untuk menderita penyakit hipertensi kronik. "Saat ini hipertensi tak lagi diderita orang dewasa," kata Vernon Barnes, ketua peneliti yang juga ahli fisiologi Medical College itu.

Selama ini, beberapa hal yang diketahui untuk menurunkan tekanan darah adalah olahraga rutin, pola makan sehat dan obat-obatan teratur. Ternyata, dari studi ini, terlihat bahwa meditasi pun bisa menjadi faktor yang dapat membantu menurunkan tekanan darah. "Selain melakukan kegiatan-kegiatan itu, tak ada salahnya bila sejak dini kita rutin memeriksakan tekanan darahnya," pesan dr Elizabeth Ofili, kepala bagian kardiologi di Morehouse School of Medicine, Atlanta.

Selain menurunkan tekanan darah, meditasi pada pelajar juga dapat menurunkan angka kenakalan remaja. Seperti membolos, melanggar peraturan sekolah maupun menyerang siswa lain dibanding pelajar yang tidak menjalani meditasi. "Jadi, meditasi sangat efektif bagi pelajar. Selain untuk kesehatan juga untuk pendidikan. Mungkin kelak hal ini bisa dimasukkan dalam program sekolah," kata Barnes. (tha/ap)

Sumber : Jawa Pos, Jumat, 09 Apr 2004

Kamis, 02 Juni 2011

KANKER ITU LENYAP Oleh Erlina Kang


KANKER ITU LENYAP Oleh Erlina Kang


KANKER ITU LENYAP
Oleh Erlina Kang


Bagi kalangan umat Buddha di Bali, nama Ibu Erlina Kang Adiguna tentunya tidak asing lagi. Di samping aktif melakukan berbagai kegiatan di Vihara Buddha Sakyamuni, beliau juga sibuk mengelola usaha garmennya, "Mama & Leon". Kesuksesan beliau dalam dunia usaha bukan muncul begitu saja, tapi berkat usahanya yang gigih dan pantang menyerah.

Ibu Erlina dilahirkan dalam sebuah keluarga yang cukup mampu di Baturiti, Bedugul,Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Sekarang beliau hidup bahagia bersama suami dan kelima anak, tiga putera dan tiga puterinya. Beliau pernah menderita sakit kanker yang sudah cukup parah dan harus dioperasi, tetapi dengan keyakinannya yang amat besar terhadap Sang Tri Ratna dan tekadnya yang kuat untuk menjadi abdi siswa Sang Bhagava, serta melaksanakan Ajaran Sang Buddha dengan sungguh-sungguh beliau dinyatakan sembuh tanpa melalui operasi.

Inilah kisah sejati beliau yang berjuang dengan gigih untuk mengatasi sakit kanker yang dideritanya.

Awal Mulanya
Pada suatu hari di akhir tahun 1992, saya mendadak mengalami perdarahan yang serius, padahal saya telah menopause sejak dari tahun 1984. Setelah saya periksakan ke dokter di Bali, dokter itu mengatakan ada gejala benjolan di rahim saya, setelah beberapa kali saya berobat ke rumah sakit, saya kemudian tidak memperhatikannya dengan serius.

Pada tahun 1993 saya kembali mengalami sakit perut di sebelah kiri, yang terasa sakit apabila saya jongkok dan sulit untuk berdiri kembali. Akhirnya saya berangkat ke Singapura, bertemu dengan Dokter Wong, di salah satu rumah sakit di sana. Ternyata setelah diperiksa dokter mengatakan saya menderita kanker rahim, hampir stadium tiga. Saya sangat kaget, dokter lalu menganjurkan beberapa saran pengobatan, karena benjolan yang saya derita cukup besar: Sampai pada pemeriksaan yang ketiga kalinya saat saya berobat ke Singapura, Dokter Wong tetap menganjurkan saya untuk segera dioperasi saja.

Akhirnya saya nekat memutuskan untuk tidak mau dioperasi, saya pulang ke Indonesia, dan saya ingin tahu bagaimana risiko kalau orang yang kena kanker itu dikemoterapi. Saya mengunjungi Rumah Sakit Kanker di Jakarta, tidak terbayangkan bahwa penyakit yang saya derita itu sangat mengerikan, setelah saya melihat kenyataan ini, saya memutuskan untuk tidak dioperasi, tidak dikemoterapi, juga tidak makan obat. Saya siap menghadapi kenyataan ini.

Karena pada masa-masa tahun 1994 itu saya banyak sekali memiliki kegiatan dalam pengembangan Dhamma, saya melupakan sakit saya dan tidak henti-hentinya saya melakukan kebajikan dan belajar meditasi, serta mempelajari Dhamma, Ajaran Sang Buddha secara lebih mendalam, untuk menguatkan keyakinan saya bahwa Sang Tri Ratna pasti akan memberikan jalan yang terbaik bagi saya karena saya tidak percaya bisa terkena penyakit kanker, karena dalam keturunan keluarga saya tidak ada yang sakit kanker.

Pada suatu hari saya mendapat telpon dari Dokter Wong, yang mengharuskan saya untuk segera dioperasi, namun saya sudah memutuskan untuk berjuang dengan cara saya sendiri. Sakit saya semakin hari semakin bertambah, muka saya semakin pucat, perut saya semakin kaku, keluarga saya tidak tahu sama sekali, termasuk suami saya.

Kesembuhan

Pada suatu hari saya memutuskan akan bermeditasi secara kontinyu, terus-menerus selama 40 hari, setiap pagi dan sore hari. Saya tidak tahu mengapa saya mempunyai keputusan untuk bermeditasi selama 40 hari. Setiap hari saya membacakan Paritta lengkap mulai dari Namakara Gatha, Karaniya Metta Sutta, Saccakiriya Gatha dan seterusnya sampai diakhiri dengan Ettavatta. Setelah selesai membacakan Paritta Suci, saya selalu meminum tiga cangkir air yang saya persembahkan di Altar. Saya selalu berdoa,mengucapkan kata-kata yang sama, memohon untuk diberkahi jalan yang terbaik, mengucapkan janji dan tekad saya. Dan pada saat saya meminum air, saya selalu berdoa seperti ini:

1. Pertama-tama saya ambil cangkir yang di tengah, saya berdoa di hadapan Sang Bhagava, kalau memang saya harus menghadapi kematian, saya mohon Sang Bhagava memberikan jalan yang terbaik.
2. Lalu saya ambil cangkir air yang di sebelah kiri, saya berdoa; Sang Bhagava kalau saya diberi kesempatan untuk tetap hidup, saya akan bersungguh-sungguh mendalami dan menjalankan Dhamma, Ajaran Sang Bhagava dengan baik.
3. Yang terakhir, saya mengambil cangkir yang di sebelah kanan, saya berdoa; Sang Bhagava kalau saya kini diberi kesempatan untuk tetap hidup, saya akan mengabdi menjadi siswa Sang Bhagava.

Setiap hari dengan tekun saya membaca Paritta Suci, bermeditasi dan berdoa dengan sungguh-sungguh.

Hingga pada hari yang ke-35, biasanya saya dari duduk untuk berdiri saja sulit, saya harus memegangi perut di sebelah kiri, baru saya bisa berdiri. Tetapi pada hari itu, pada saat bermeditasi saya mendengar sepertinya ada orang yang masuk ke dalam ruangan saya bermeditasi, seperti ada suara injakan kakinya yang sangat keras, dan sepertinya duduk di sebelah saya, suara nafasnya keras sekali, saya benar-benar takut tetapi saya tidak berani membuka mata, saya takut kalau saya sampai melihat orang itu. Beberapa menit kemudian saya mendengar orang itu meninggalkan tempat dan perlahan-lahan saya membuka mata, ternyata orang itu sudah tidak ada lagi. Saya lupa bagaimana caranya saya berdiri pada saat itu, saya lalu ke dapur dan setelah minum saya baru sadar bagaimana ya caranya saya bangun. Saya mencoba kembali duduk dan bangun kembali, saya bisa melakukannya, rasa sakit itu hilang. Saya terus melakukan meditasi selama 40 hari, di dalam hati saya berjanji akan melakukan kebajikan terus menerus dan saya selalu merasa berbahagia, dan saya tidak tahu mengapa, apa saya sudah lupa bahwa saya akan mati.

Sejak hari ke-35 itu, saya selalu bermimpi yang aneh-aneh, tetapi di dalam mimpi saya selalu berhubungan dengan para Bhikku. Di dalam mimpi itu saya naik gunung, sampai di puncak gunung saya terperosok masuk lumpur, dan saya mengucapkan "Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa" ke hadapan Sang Bhagava, dan di bawah gunung, puluhan para Bhikkhu memanggil-manggil nama saya, mendadak ada air bah yang mendorong saya sehingga saya sampai di bawah, saya diberi bungkusan oleh salah seorang Bhikkhu.

Banyak teman-teman saya selalu memimpikan saya selalu bersama para Dewa, dan keajaiban terakhir yang saya dapatkan adalah telepon dari Dokter Wong yang menanyakan keadaan saya, dokter itu menyarankan agar saya mengambil keputusan untuk dioperasi, tetapi rasa sakit di perut saya sudah berkurang, akhirnya saya putuskan untuk memeriksakan kembali penyakit saya di Singapura.

Pada tanggal 20 Februari 1995 saya berangkat bersama suami saya menuju Singapura. Namun ada satu keanehan, sejak saya berangkat ke Airport, saya merasa sangat mengantuk, begitu naik pesawat terbang saya minta kepada suami saya untuk jangan membangunkan pada saat dibagikan makanan. Begitu tidur, saya bermimpi dari Bali ke Singapura saya berjalan di atas lautan, dan di pinggir banyak sekali para Bhikkhu yang berdiri di atas lautan. Begitu mendarat di Singapura, saya dibangunkan dan saya bertanya, saya jalan apa naik pesawat, suami saya menjawab sedikit sewot, tentu saja naik pesawat masak jalan kaki katanya. Tetapi pada  sore hari itu saya memutuskan, untuk bertemu dokter esok hari saja.

Pada pagi hari tanggal 22 Februari 1995 saya diperiksa oleh dokter, berkali-kali saya disuruh minum air dan diperiksa berkali-kali, sepertinya dokter itu bingung, komputernya dicek, diperiksa kalau-kalau rusak. Lalu dilihat lagi hasil-hasil pemeriksaan yang dulu; saya diperiksa lagi, kemudian saya dikirim ke Rumah Sakit lain untuk diperiksa lagi oleh satu tim dokter yang terdiri dari 5 orang dokter ahli, memeriksa saya berulang kali, sampai saya teler, kecapaian diperiksa bolak-balik, setelah itu dokter menyatakan sakit kanker saya tidak bisa ditemukan, hanya ada tanda seperti petikan buah anggur. Saya dikembalikan lagi ke Dokter Wong, beliau tidak memeriksa lagi hanya bertanya, agama saya apa, saya bengong, beliau hanya mengucapkan Amitabha dan menyuruh saya berdoa ke Vihara. Saya terkejut dan sungguh bahagia, saya bisa sembuh dari penyakit kanker, tanpa melalui operasi.

Inilah berkah Sang Buddha yang demikian besar kepada saya, sehingga saya benar-benar percaya bahwa karma itu bisa dirubah dengan cara melaksanakan Ajaran Sang Buddha dengan sungguh-sungguh.

Karena itu tumbuhkanlah keyakinan yang kuat kepada Sang Tri Ratna, menjadi siswa Sang Buddha yang baik, melaksanakan Ajaran Sang Buddha dengan sungguh-sungguh, perbanyaklah perbuatan bajik, sucikanlah  pikiran.

Saya telah berusaha menjalankan segala kebajikan, dengan materi yang saya miliki, saya pergunakan sebaik-baiknya di dunia ini, agar ada kenangan yang berarti untuk menuju kehidupan yang akan datang.

Semoga pengalaman saya ini menjadi kesaksian nyata untuk dijadikan cermin bagi saudara-saudara se-Dhamma, di dalam memperoleh kebahagiaan dengan melaksanakan Ajaran Sang Guru Agung kita, Sang Buddha Yang Maha Sempurna. Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata.

Semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu...sadhu...sadhu.

Erlina Kang Adiguna

Denpasar, Bali.

Biodata
Nama : Erlina Kang
Tempat/tanggal lahir : Baturiti, Juli 1944
Alamat : Jln. Gunung Lawu Denpasar
Nama Suami : Putu Adiguna
Nama Anak : Liliek Herawati, Putu Agus Antara, Arief Wijaya, Yuliana Kanaya, Cahyadi Adiguna
Jabatan/kegiatan lainnya : 

1. Penasehat Forum Ibu-ibu Buddhis
2. Ketua Umum Yayasan Kertha Yadnya
3. Pelindung di Vihara Buddha Sakyamuni
4. Ketua Kehormatan di Vihara Buddha Guna Nusa Dua

Sumber: http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=164&multi=T&hal=0

Rabu, 01 Juni 2011

Meditasi Mampu Mendukung Aktivitas Otak (Meditasi Buddhis Mampu Menghasilkan Perubahan-Perubahan Yang Menetap Pada Otak)


Meditasi Mampu Mendukung Aktivitas Otak (Meditasi Buddhis Mampu Menghasilkan Perubahan-Perubahan Yang Menetap Pada Otak)




Meditasi Mampu Mendukung Aktivitas Otak

Meditasi Buddhis Mampu Menghasilkan
Perubahan-Perubahan Yang Menetap Pada Otak
Oleh : Jennifer Warner



Diulas oleh Brunilda Nazario, MD
10 November 2004
WebMD Medical News

Meditasi tidak hanya menghasilkan efek yang menenangkan, tetapi, penelitian baru menunjukkan bahwa praktek meditasi Buddhis dapat menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap di otak.

Para peneliti menemukan bahwa para bhikkhu yang telah bertahun-tahun melakukan latihan meditasi Buddhis, menunjukkan aktivitas otak di daerah yang berhubungan dengan pengetahuan dan kebahagiaan jauh lebih besar daripada mereka yang belum pernah mempraktekkan meditasi.

Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa latihan mental jangka panjang, seperti halnya meditasi Buddhis, dapat mendorong perubahan-perubahan jangka pendek dan panjang dalam aktivitas dan fungsi otak.

Meditasi Buddhis Dapat Mengubah Otak

Pada penelitian yang terbit dalam edisi online minggu ini mengenai laporan dari the National Academy of Science disebutkan bahwa para peneliti telah membandingkan aktivitas otak delapan orang bhikkhu Buddhis senior dengan 10 orang pelajar yang sehat.

Para bhikkhu rata-rata berumur 49 tahun. Mereka masing-masing telah mendalami latihan mental dengan bermeditasi selama 10.000 sampai 50.000 jam dalam jangka waktu 15 sampai 40 tahun.

Para pelajar rata-rata berumur 21 tahun. Mereka sama sekali tidak mempunyai pengalaman dalam meditasi dan mendapatkan satu minggu latihan meditasi sebelum penelitian dimulai.

Kedua kelompok diminta mempraktekkan meditasi belas kasih. Meditasi ini tidak memerlukan konsentrasi pada hal-hal khusus. Para peserta diarahkan untuk membangkitkan perasaan cinta kasih dan belas kasih tanpa terfokus pada obyek tertentu.

Para peneliti dengan mempergunakan Electro Encephalo Grams mengukur aktivitas otak sebelum, selama, dan setelah meditasi.

Mereka menemukan perbedaan aktivitas otak yang menyolok di antara kedua kelompok tersebut. Aktivitas otak jenis ini dinamakan aktivitas gelombang gamma yang melibatkan proses-proses mental termasuk perhatian, ingatan kerja, pengetahuan serta kesadaran.

Para bhikkhu Buddhis mempunyai tingkat aktivitas gelombang gamma yang lebih tinggi sebelum mereka mulai meditasi. Perbedaan tersebut meningkat secara dramatis selama bermeditasi. Kenyataannya, para peneliti mengatakan tingkat aktivitas gelombang gamma tersebut adalah tingkat yang tertinggi yang pernah dilaporkan.

Para bhikkhu juga mempunyai lebih banyak aktivitas otak di daerah yang berhubungan dengan emosi-emosi positif, seperti kebahagiaan.

Para peneliti menyebutkan kenyataan bahwa bhikkhu - bhikkhu itu telah mempunyai tingkat aktivitas otak jenis ini yang lebih tinggi sebelum meditasi dimulai. Hal ini menunjukkan bahwa praktek meditasi Buddhis atau bentuk meditasi lainnya dalam jangka panjang dapat mengubah otak.

Walaupun selisih umur juga dapat mempengaruhi beberapa perbedaan yang diketemukan dalam penyelidikan ini, para peneliti mengatakan bahwa praktek meditasi berjam-jam itulah yang lebih menentukan aktivitas gelombang gamma daripada usia seseorang.

Para peneliti mengatakan masih diperlukan penyelidikan yang lebih banyak lagi untuk melihat apakah perbedaan dalam aktivitas otak lebih disebabkan oleh latihan meditasi jangka panjang itu sendiri atau oleh perbedaan individu sebelum latihan.



Naskah Asli:
Meditation May Bolster Brain Activity - The Buddhist Channel
Sumber Lutz, A. Proceedings of the National Academy of Science, 8 November 2004.
(http://www.buddhistchannel.tv/index.php?id=7%2C378%2C0%2C0%2C1%2C0)

Diterjemahkan oleh : Jenny H - Surabaya
Editor : Bhikkhu Uttamo 

Dikutip dari: http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=831&multi=T&hal=0

Selasa, 31 Mei 2011

Bagaimana Meditasi Menyelamatkan Hidup Saya Oleh Michal Levin


Bagaimana Meditasi Menyelamatkan Hidup Saya Oleh Michal Levin




Bagaimana Meditasi Menyelamatkan Hidup Saya
Oleh Michal Levin

Meditasi adalah hal yang sangat misteri, seperti pintu menuju ke realitas lain, realitas yang selalu ada tetapi tidak dapat dilihat. Selama bertahun-tahun saya tidak mengetahui apapun tentang meditasi, dan tidak peduli. Tetapi saat mencari sesuatu yang lain, saya menemukannya secara kebetulan.

Dengan keluarbiasaan dan kekuatan tersembunyinya, meditasi menjadi jalan yang menuntun saya ke dunia yang lebih luas dan dalam - atau ke pencapaian lebih jauh dari dunia ini. Meditasi adalah jalan yang menuntun saya ke dalam diri saya (yang paling dalam). Saya belajar teknik ini saat saya tidak mempunyai pikiran bahwa ini adalah suatu hal yang memungkinan. Saya adalah seseorang yang mampu, peduli, tanggung jawab dan prihatin terhadap orang lain. Saya mengasuh anak-anak saya, mengejar karir saya (sebagai seorang wartawan meliputi peristiwa-peristiwa terkini di televisi), bersedih atas kegagalan pernikahan saya, berteman dengan kawan-kawan, pergi ke pesta-pesta .... dan memasuki jurang batiniah yang dalam sekali. Saya tidak melihat jalan keluar.

Saya melihat sinar yang berada jauh diatas saya, tetapi tidak mengetahui bagaimana mencapainya. Selama berbulan-bulan, ketidakpahaman saya bertambah dalam. Sangat susah mengatakan apa yang salah. Hidup tidak ada artinya. Segalanya tidak cukup, tetapi juga terlalu berat. Saya tidak tahu apa yang saya hendaki. Tidak sabar dan membingungkan seperti seorang anak pemarah.

Suatu sore hari saya memutuskan untuk mencoba meditasi - untuk membuktikan bahwa meditasi tidak cocok buat saya. Malam sepuluh tahun yang lalu itu merubah hidup saya. Realitas lain membuka dan merangkul saya. Pada bulan-bulan berikutnya saya dipaksa mengenali intuitif saya (beberapa memakai kata "psychic" yang tidak saya sukai) dan kemampuan-kemampuan penyembuhan. Saya diajar oleh dunia dalam (diri) - atau apakah merupakan sesuatu di luar saya atau perluasan diri? - guna melihat kualitas yang hanya dapat saya namakan "energi". Selanjutnya saya belajar memahami arti dari apa yang dapat saya lihat. Saya mendapatkan sebuah pemahaman yang lebih dalam dan seringkali berbeda tentang orang-orang, kejadian-kejadian dan dunia. Dan saya juga berubah. Paling penting, saya menemukan sebuah pemahaman dan pengalaman tentang cinta kasih yang mencakup etika-etika, moralitas dan kebenaran.

Meditasi juga membawa sesuatu yang hanya dapat saya namakan "suatu kesadaran". Saya bukan seorang Buddhist, tetapi seorang Lama tinggi Tibet yang pertama kali bersikeras bahwa saya mempunyai suatu anugrah. Orang-orang segera mulai mencari saya untuk konsultasi. Jumlah mereka bertambah dengan cepat. Orang-orang profesional - para ahli psikoterapi, orang-orang busines, para seniman kreatif, guru-guru, para spesialis IT, bahkan para selebriti - juga mereka dari berbagai lingkungan hidup memenuhi buku harian saya, dan membuat daftar tunggu. Sejak itu kemampuan saya memahami dan bekerja dengan energi bertambah terus menerus.
Tiga tahun setelah bekerja sebagai seorang intuitif, saat mengajar satu grup meditasi, saya melihat energi saya sendiri, sesuatu yang jarang terjadi. Saya melihat sebelah kanan tubuh saya seperti gelap, dan daerah tergelap berada di kepala saya. Dari kenyataan yang tertanam mendalam, saya mengetahui bahwa saya dapat menghilangkan warna gelap itu dengan mencurahkan sinar penyembuhan, tetapi warna gelap itu segera kembali. Warna gelap itu pasti sesuatu yang telah berada dalam tubuh saya, dan saya tidak dapat menghilangkannya dengan energi penyembuhan saja.

Saya melihat beberapa dokter alternatif dan ortodoks. Tidak seorangpun dapat menjelaskan kondisi saya atau menemukan ketidak beresan apapun dengan saya. Mereka memberikan penjelasan yang saya ketahui salah: effek dari hepatitis, suatu masalah spiritual, pengisian mercuri, keletihan disebabkan kuman virus.

Saat saya merasakan kematian telah dekat (walaupun tidak seorangpun setuju), suara dalam meditasi saya menunjukkan saya ke tempat kelahiran saya, Afrika Selatan. Suara itu memerintahkan saya mencari dokter di  sana yang dikenal sebagai "the rose grower". Saya menemukan dia dan di kantor rumah sakitnya, dokter itu menemukan sesuatu di sebelah kanan otak saya yang dicurigai sebagai tumor. Penemuannya terbukti benar. Saya mempunyai beberapa minggu untuk hidup, paling bagus beberapa bulan.

Segera setelah penemuan itu, tumor itu diangkat di Los Angeles. Hidup saya tertolong, tetapi dengan satu harga. Satu sisi pendengaran saya hilang dan syaraf muka saya terluka parah, dengan semua konsekwensinya:  satu mata tidak dapat ditutup, separuh mulut tidak dapat bergerak, kehilangan rasa, dan lebih banyak lagi. Akan tetapi seluruh waktu, meditasi dan realitas (yang saya dapatkan melalui meditasi) membuat saya bertahan. Dalam beberapa bulan berikutnya, kemampuan saya bekerja dalam suatu kapasitas intuitif menjadi lebih kuat.

Tetapi, bentuk kerja saya berubah dan batas pemahaman saya bertambah luas. Beberapa tahun selanjutnya, penyembuhan pada fisik saya mengalamai kemajuan secara perlahan-lahan, terus menerus dan sukses. Tumor saya diangkat dengan pisau bedah, tetapi tidak satu saatpun saya melepaskan praktek spiritual saya. Dengan demikian saya mengalami suatu mujijat, dan terus berlangsung demikian. "Kesadaran" terus menerus menjaga saya melalui saat tergelap dan menyentuh saya. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menunjukkan saya keindahan langit di pagi hari, keindahan jalan sunyi di malam hari, atau kerimbunan rumput liar yang dijumpai di trotoar retak. "Kesadaran" tiada henti membantu saya untuk belajar dan memahami (dengan mengalaminya) bagaimana semua mahkluk adalah bagian dari satu sama lain dan alam semesta. Meditasi adalah awal dari segalanya.

-----------------------------------------------------------------------

Michal Levin tinggal dan bekerja di London, di sana ia memberikan kursus-kursus intuitif dan mengajar grup-grup. Ia juga mengadakan perjalanan jauh setelah dua anaknya dewasa, dan senang menerima undangan-undangan untuk mengajar di mana saja ia diundang. Ia telah menulis tiga buku: The Pool of Memory, The Autobiography of An Unwilling Intuitive (Gill and MacMillan, 1998), yang memperincikan banyak petualangan termasuk kalachakra dengan Yang Mulia Dalai Lama, Spiritual Intelligence (Hodder and Stoughton, 2000), dan Meditation, Path to The Deepest Self (DK, 2002).

Keterangan karyanya lebih lanjut, lihat website: www.MichalLevin.com

Diterjemahkan dari : How Meditation Save My life
Diterbitkan oleh : Majalah "Eastern Horizon", May-August 2002, issue no. 8
Alih bahasa : Jenny, Surabaya

Sumber:http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=165&multi=T&hal=0

Senin, 30 Mei 2011

Topik Mendalam: MEDITASI Pengejaran Kebahagiaan, CBC News Online

Topik Mendalam: MEDITASI Pengejaran Kebahagiaan, CBC News Online


Topik Mendalam : MEDITASI
Pengejaran Kebahagiaan
CBC News Online | April 23, 2004

Reporter: Eve Savory
Producer: Marijka Hurko
From The National



Erin Gammel adalah atlet yang pasti masuk tim renang Olimpiade Kanada. Pemegang rekor Kanada, juara gaya punggung - jika tidak terjadi sesuatu di luar dugaan, ia akan diberangkatkan ke Athena.

Tetapi empat tahun yang lalu, ia juga merupakan orang yang dipertaruhkan secara pasti untuk Olimpiade Sydney.

"Setiap orang terus memberitahu saya bahwa anda pasti bisa ikut," ia berkata. "Kita mempunyai strategi dan segalanya sempurna. Maka saya pikir inilah saatnya, saya akan menuju ke Olimpiade."

Ia bertanding di pertandingan percobaan Olimpiade di Montreal. Ia menabrak tali pemisah, kehilangan konsentrasi dan kehilangan posisinya di tim tersebut.

"Hal itu sangat mengecewakan. Saya depresi. Saya sungguh-sungguh sedih. Saya menangis dan saya tidak dapat mengendalikan diri sendiri," kata Gammel.

Erin Gammel menangis selama dua tahun. Pertolongan yang tidak pernah ia duga sama sekali sedang datang, pertolongan dari Dharamsala di India bagian utara, 5.000 kilometer jauhnya dan dari kebudayaan yang telah ada beribu-ribu tahun.

Dharamsala adalah rumah pengasingan bagi ribuan warga Tibet yang mengikuti Dalai Lama setelah China menduduki Tibet.

Umat Buddhis Tibet telah berpraktek dan memperbaiki eksplorasi mereka selama 25 abad. Selama beberapa generasi mereka menyelidiki ruang batin mereka dengan komitmen yang sama seperti ilmu pengetahuan barat mengeksplorasi dunia luar dan ruang angkasa.

Tetapi saat ini, mereka menemukan kesepakatan dalam suatu kerjasama yang luar biasa.

Pada Maret 2000, suatu grup para ahli ilmiah dan sarjana yang terpilih melakukan perjalanan ke Dharamsala. Mereka datang untuk berbagi pemahaman dan solusi - atas kesulitan dan penderitaan manusia.

Richard Davidson berada di antara mereka, seorang neuroscientist (ahli ilmiah syaraf) dari University of Wisconsin. Ia menemukan tidak ada pertentangan apapun antara agama Buddha dengan ilmu pengetahuan.



"Sikap yang ditunjukkan oleh para umat Buddha dalam menyelidiki pikiran mereka hampir seperti berhubungan dengan ilmu ilmiah," katanya. "Pikiran mereka adalah lahan untuk percobaan mereka sendiri, jika mereka menginginkannya."

Para pengunjung dari Barat telah diundang sendiri oleh Dalai Lama ke tempat tinggal pribadinya.

Selama lima hari para bhikkhu dan ahli ilmiah menganalisa apa yang mereka sebut "emosi-emosi negatif" - kesedihan, kecenderungan menjadi keirian kegelisahan/kecemasan, kemarahan - serta potensi mereka untuk menghancurkan.

Salah satu peserta, Daniel Goleman, penulis buku Destructive Emotions, berkata, "Saat kami akan meninggalkan Amerika menuju ke sini, berita utama di sana adalah seorang anak berumur enam tahun telah berkelahi dengan teman kelasnya dan pada hari berikutnya ia kembali dengan sebuah pistol dan menembak dan membunuh temannya. Hal ini sangat menyedihkan."

Mengapa para ahli ilmu pengetahuan mencari jawaban pada Buddhisme Tibet?

Karena praktek-praktek meditatifnya yang kuat kelihatannya telah memberikan para bhikkhu suatu daya lenting yang luar biasa, suatu kemampuan untuk pulih dari hal-hal yang tidak menyenangkan yang terjadi dalam kehidupan, dan memelihara kepuasan batiniah.

Laboratorium Richard Davidson adalah salah satu laboratorium yang termaju di dunia untuk melihat bagian dalam otak manusia yang masih hidup. Baru saja ia mendapatkan sokongan yang belum pernah terjadi sebelumnya sebesar 15 juta dolar Kanada antara lain untuk mempelajari apa yang terjadi di dalam otak orang yang sedang bermeditasi.

"Meditasi adalah suatu bentuk praktek yang telah ada sekitar lebih dari 2.500 tahun, yang tujuan utamanya adalah untuk memelihara kualitas-kualitas manusia yang positif, untuk meningkatkan kemajuan dan daya lenting/pulih. Maka kami pikir bahwa meditasi patut dipelajari dengan alat-alat ilmu pengetahuan ilmiah moderen," kata Davidson.

Setahun lebih kemudian pada Mei 2001, Dalai Lama membalas kunjungan ke laboratorium Davidson di Madison, Wis.

Subyek-subjek berharganya - dan teman-teman sekerjanya - adalah para lama, bhikkhu pengikut Dalai Lama.

"Kami percaya para bhikkhu adalah semacam atlet-atlet olimpiade dari latihan mental," kata Davidson. "Mereka adalah individu-individu yang telah berpraktek selama bertahun-tahun. Untuk merekrut individu-individu yang telah melakukan pelatihan pikiran lebih dari 10.000 jam bukanlah sebuah tugas yang mudah dan tidak banyak terdapat individu demikian di planet ini."

Dalai Lama pernah mengatakan jika ia tidak menjadi seorang bhikkhu, ia akan menjadi seorang insinyur teknisi.

Ia membawa kecenderungannya itu - keingintahuan dan disiplin intelektual - pada diskusi tentang EEGs dan fungsional MRI.



Tetapi hal ini sesungguhnya bukan tentang mesin-mesin.

Serta bukan mengenai Nibbana.

Hal ini tentang kehidupan sehari-hari; tentang kesulitan orang-orang biasa - serta suatu dunia yang lebih bijaksana.

"Biaya manusia dan ekonomi sangat dramatis untuk pengobatan penyakit kelainan jiwa di negara-negara industri dunia barat," kata Davidson. "Sampai pada batas bahwa pemeliharaan kebahagiaan guna menurunkan penderitaan tersebut secara mendasar sangat penting."

Bhikkhu dan ahli ilmiah sedang bersama-sama menyelidiki - Seni Kebahagiaan (The Art of Happiness).

"Daripada berpikir mengenai kualitas-kualitas seperti kebahagiaan sebagai suatu sifat," kata Davidson, "Kita seharusnya memikirkan mereka sebagai suatu keahlian, tidak jauh seperti keahlian bersepeda atau ski. Keahlian-keahlian yang dapat dilatih. Saya pikir bahwa dengan jelas kebahagiaan bukan suatu kemewahan bagi budaya kita tetapi suatu kebutuhan."

Tetapi kita percaya kita dapat membeli kebahagiaan hanya jika kita mempunyai uang. Itu adalah apa yang diberitahu oleh industri periklanan. Dan kita pikir hal itu adalah benar.

Teori-teori manusia tentang apa yang akan membuat mereka bahagia seringkali salah. Maka banyak hal di jaman sekarang menunjukkan misalnya bahwa memenangkan lotre akan secara cepat meningkatkan kebahagiaan anda tetapi kebahagiaan itu tidak akan bertahan.

Terdapat beberapa bukti bahwa watak kita kurang lebih dibentuk dari lahir. Maka orang tertentu berwatak murung, yang lainnya berwatak periang - hal yang seperti demikian.

Walaupun pada saat hal-hal menyenangkan atau tidak menyenangkan terjadi, kebanyakan dari kita akhirnya akan kembali ke arah ciri emosional tersebut.

Tetapi Davidson percaya bahwa arah karakter tersebut dapat diubah.

"Pekerjaan kami secara mendasar berfokus pada mekanisme-mekanisme otak apa yang menyebabkan kualitas-kualitas yang berhubungan dengan emosi ini dan bagaimana mekanisme-mekanisme otak ini dapat berubah karena hasil dari latihan tertentu," kata Davidson.

Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan 20 tahun yang lalu. "Kenyataannya 20 tahun yang lalu kita telah mempunyai angan-angan tentang metode-metode yang anda pergunakan untuk menginterogasi otak dengan cara ini, tetapi kita tidak mempunyai alat untuk mengerjakan hal ini."

Sekarang kita telah mempunyai alat sehingga kita dapat melihat bahwa pada saat emosi-emosi kita surut dan mengalir, begitu juga yang terjadi dengan kimia otak dan aliran darah. Ketakutan, depresi, cinta kasih, mereka semua bekerja pada bagian-bagian yang berbeda dari otak kita.

Kebahagiaan dan semangat tinggi, serta kegembiraan - mereka muncul saat aktivitas pada bagian kiri otak dekat korteks depan meningkat. Kegelisahan, kesedihan - ada pada otak bagian kanan.

Davidson telah menemukan pola ini terjadi pada bayi-bayi berumur 10 bulan, pada para balita, anak-anak belasan tahun dan orang-orang dewasa.

Davidson menguji lebih dari 150 orang biasa guna melihat bagian-bagian mana dari otak mereka yang paling aktif.



Beberapa lebih aktif di bagian kiri. Beberapa lebih aktif di bagian kanan.

Beberapa aktif di bagian otak kanan yang agak jauh. Mereka mungkin yang disebut tertekan. Yang lainnya kecenderungan otaknya cukup jauh ke kiri, orang semacam ini merasa "hidup adalah menyenangkan."



Jadi terjadi pada suatu area tertentu. Selanjutnya Davidson menguji seorang bhikkhu.

Bhikkhu tersebut otaknya begitu jauh ke kiri, ia tidak pada garis. Ia merupakam seorang bhikkhu yang berbahagia.

"Dan hal ini adalah bukti yang agak dramatis bahwa ada sesuatu yang sungguh-sungguh berbeda pada otaknya dibandingkan dengan otak-otak 150 orang lainnya. Ini adalah bukti yang menggiurkan bahwa praktek-praktek meditasi ini sungguh dapat meningkatkan perubahan-perubahan yang berguna bagi otak."

Di sini para atlet olimpiade meditasi bertemu dengan para pemuka pembaca radar.

Khachab Rinpoche, seorang bhikkhu dari Asia, datang ke Madison untuk bermeditasi di tempat yang mungkin paling aneh dalam hidupnya: tempat penelitian MRI fungsional.

Dia mengijinkan para ahli ilmiah melihat apa yang terjadi pada otaknya saat ia mengalihkan perhatian antara jenis-jenis meditasi yang berbeda.

Mereka ingin mengetahui bagaimana otaknya berbeda dengan orang-orang biasa, dan apakah perubahan tersebut berhubungan dengan kepuasan batiniah yang dilaporkan para bhikkhu.

Maka mereka menguji bagaimana para subyek bereaksi pada suara-suara yang tidak menyenangkan dan bayangan-bayangan yang tiba-tiba melintas pada kacamata-kacamata besar yang mereka pakai dalam MRI.

Biasanya saat kita terancam, salah satu bagian otak menjadi aktif secara luar biasa, tetapi yang terjadi pada para bhikkhu, "Tanggapan terhadap ransangan-rangsangan kuat pada indra pendengar akan menimbulkan emosi-emosi kuat, dan reaksi dari daerah ini khususnya berkurang pada saat meditasi," kata Davidson.

Ini adalah hasil yang sangat awal, tetapi implikasi yang mengejutkan kita semua barangkali adalah para lama dapat bertindak melampaui kejadian-kejadian yang menegangkan - dengan kata lain, salah satu kunci menuju kebahagiaan mereka.

Ini dapat memberitahu kita sesuatu tentang potensi kita. "Otak kita dapat beradaptasi, otak kita tidak tetap. Ikatan dalam otak kita tidak ditetapkan. Siapa kita hari ini tidak selalu akan menjadikan kita manusia akhir yang ditentukan," kata Davidson.

Buddhisme Tibet dikatakan sebagai salah satu yang memerlukan usaha-usaha mental yang paling keras di planet ini. Memerlukan 10.000 jam meditasi dan waktu bertahun-tahun dalam pengasingan diri untuk menjadi mahir. Hanya sedikit dari kita yang dapat membayangkan komitmen demikian.

Tetapi itu tidak berarti keuntungan-keuntungan meditasi tidak dapat kita jangkau.

Zindal Segal adalah seorang ahli psikologi di Centre for Addiction and Mental Health (Pusat untuk kecanduan dan kesehatan mental) di Toronto. Ia memakai meditasi untuk menangani ketidakteraturan suasana hati.

Pengobatan tersebut berdasarkan ajaran-ajaran Buddhist dan dinamakan kewaspadaan.


Michael Herman, rekan senior di perusahaan hukum Goodman and Goodman, beliau melakukan meditasi di kantornya.

"Sangat sedikit dari kita dapat duduk selama 10.000 jam, tetapi hal yang menarik adalah kita tidak perlu melaksanakan (duduk selama 10.000 jam) untuk dapat melatih kewaspadaan. Kapasitas-kapasitas tersebut tersedia pada kita semua," kata Segal. "Kita membicarakan tentang perhatian, kita membicarakan tentang mengembalikan pikiran kita ke saat ini. Kita semua mempunyai kemampuan ini. Kita tidak harus meraihnya, kita hanya harus mencari suatu cara menyingkirkan keketidakteraturan guna melihat bahwa kemampuan tersebut memang sudah ada di sana."

Meditasi saat ini telah keluar dari tempat persembunyiannya. Diberitakan bahwa meditasi mengurangi stres, menurunkan tekanan darah, membantu meletakkan hari buruk di kantor dalam perspektif.

Meditasi dijadikan sesuatu yang penting oleh masyarakat utama, dari para pejabat perusahaan sampai ke tingkat-tingkat buruh.

Saat ini jika kita menemukan rumah-rumah sakit seperti St. Joseph di Toronto menawarkan program-program meditasi adalah merupakan hal yang biasa. Sebanyak 360 orang mengambil kursus selama delapan minggu setiap tahun.

Kebanyakan program telah mengambil sistem yang paling mudah dari ajaran Buddhis dan mengadaptasikannya dalam kehidupan sehari-hari yang sibuk.



"Meditasi adalah suatu keahlian yang dapat dipelajari, dan seperti keahlian apapun, meditasi perlu dilatih. Maka kita memakai pernafasan sebagai langkah awal kita mulai berlatih, tetapi pada akhirnya kita ingin dapat memakai kesadaran akan pernafasan tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari," kata Segal.

"Saat kita mempunyai kemampuan untuk melakukannya, maka selanjutnya kita dapat memakai pernafasan saat kita berbaris di bank, atau jika kita sedang bertengkar dengan pasangan, sebagai cara memusatkan kita pada diri sendiri ketika tengah berada pada situasi yang menganggu."

Sesuatu yang menganggu seperti bayangan pikiran yang tidak dapat dihindari oleh Erin Gammel: di hari saat ia gagal memasuki tim olimpiade.

"Saya hanya ingat bahwa tangan saya menyangkut tali pemisah dan saya berpikir semuanya berakhir," kata Gammel.

Ia kehilangan fokusnya, kehilangan posisinya di tim, dan kehilangan semangatnya untuk berenang.

"Hal itu mempengaruhi seluruh hidup saya. Saya menangisi hal yang kecil. Saya tidak maju dan kelihatannya tidak ada hal apapun yang sungguh-sungguh maju. Dan saya merasa gagal dalam setiap hal yang saya lakukan," katanya. "Itu adalah bagian dari depresi dan kesedihan karena pada waktu itu saya merasa gagal. Tidak ada sesuatu pun yang berjalan dengan baik."



Hingga ia berhubungan dengan ahli psikologi olahraga tim renang nasional bernama Hap Davis. Davis kagum oleh hasil karya ahli ilmu ilmiah Richard Davidson.

Ia mempunyai dugaan bahwa mengingat kembali pengalaman yang menyedihkan tersebut menekan otak bagian kiri Erin, bagian yang sangat aktif pada orang-orang bahagia dalam penemuan Davidson.

Ia memikirkan suatu perencanaan bantuan - meditasi pernafasan yang harus Erin lakukan sebelum dan sesudah menonton video secara berulang.

"Jika seseorang dapat memusatkan pikiran pada diri mereka sendiri dan merasa berpusat pada meditasi pernafasan, mereka dapat mencapai titik dimana mereka dapat melihat dan memandang suatu kejadian dengan pikiran yang kritis, dengan pikiran yang terbuka pada apa yang dialami dan melihat apa yang terjadi dengan obyektif," kata Davis.

"Anda mengetahui apa yang dirasakan pada saat pertandingan. Rasanya seperti saya benar-benar berhenti dan mati. Tetapi dalam rekaman video yang kemudian saya tonton hanya kelihatan seperti suatu gangguan kecil. Hal itu tidak berarti lagi."

Telah lebih dari dua tahun sejak mereka memerlukan mempelajari rekaman tersebut - karena meditasi tersebut berhasil. Kesenangan Erin akan renang telah kembali; ia memenangkan pertandingan berkali-kali.

"Secara emosional, ia menjadi lebih tahan banting. Secara emosional ia lebih stabil, dalam hal prestasi ia lebih konsisten," kata Davis.

"Meditasi tidak harus tentang kebahagiaan tetapi dapat membuat anda menjadi lebih bahagia. Saya kira itu yang dapat anda katakan tentang meditasi. Dan saya merasa lebih percaya diri. Saya tahu bagaimana melakukan dan menyelesaikan hal-hal buruk yang terjadi dalam hidup saya," kata Gammel.

Terdapat satu pertandingan lagi yang harus dimenangkan - latihan-latihan agar masuk tim menuju Athena.

"Ini adalah tahunku. Itu yang terus saya katakan pada setiap orang. Ini adalah tahunku untuk masuk ke tim Olimpiade karena setelah melalui semuanya ini, saya tahu itulah yang akan terjadi," katanya.

"Meditasi telah ada selama 2.500 tahun, maka hal ini bukan seperti praktek baru," kata Davis. "Tetapi ilmu pengetahuan ilmiah sedang mengejar tradisi tua tersebut dan bukti-bukti menjadi jelas bahwa meditasi dapat merubah sistim kimia otak atau aliran darah di otak."

Dan sekarang terdapat bukti bahwa meditasi dapat merubah otak orang-orang pada umumnya dan membuat mereka lebih sehat.

Promega adalah sebuah perusahaan biotehnologi di Madison, Wis., dimana para peneliti dari Brain Imaging Lab (Laboratorium Bayangan Otak) merekrut para pekerja yang tertekan - staf kantor, para manager, bahkan ahli penelitian ilmiah yang ragu bernama Mike Slater.

"Semuanya serba kacau dan gila. Kami mempunyai seorang yang baru dilahirkan. Kami mengalami tiga kematian dalam satu keluarga. Maka saat ini adalah waktu yang sangat sibuk," kata Slater.

Semua aktivitas dalam otak subyek diukur - termasuk Mike Slater - dan diberi delapan minggu kursus meditasi.

Selanjutnya setiap orang - para meditator dan pengontrol - mendapatkan suntikan flu, dan otak mereka diukur kedua kalinya.

Aktivitas otak para meditator telah berubah ke bagian kiri yang bahagia. Mike Slater bahkan hampir terlalu berhasil.



"Saya cukup bahagia setiap saat dan saya khawatir mungkin saya menyembunyikan beberapa hal yang mungkin sungguh-sungguh menjengkelkan saya, maka saya menghentikannya dan istri saya memperhatikan terdapat peningkatan dalam kejengkelan saya, maka perlu anda ketahui saya sekarang telah mempunyai dua sisi pengalaman. Meditasi menenangkan saya dan saya berhenti melakukannya dan meningkatkan kejengkelan saya," kata Slater.

Tidak hanya itu, sistim kekebalan tubuh mereka meningkat.

"Para individu dalam grup meditasi yang menunjukkan perubahan terbesar dalam aktivitas otak juga menunjukkan perubahan terbesar dalam fungsi kekebalan tubuh, ini menunjukkan bahwa semuanya berhubungan erat," kata Davidson.

Davidson dan timnya telah menunjukkan meditasi tidak hanya dapat mengubah suasana hati - tetapi juga aktivitas otak dan kekebalan tubuh orang-orang pada umumnya.

Dan mereka telah menjawab suatu kekurangan yang mungkin terjadi dalam studi terhadap para bhikkhu.

"Seseorang mungkin berkata individu-individu ini memang awalnya demikian. Mungkin hal itu yang menyebabkan mengapa mereka tertarik untuk menjadi bhikkhu," kata Davidson. "Maka kita sebenarnya tidak dapat menjawab berdasar data tersebut, tetapi dengan studi Promega, kita dapat mengatakan dengan pasti bahwa hal itu pasti berhubungan dengan campur tangan yang telah kita sediakan."

Terdapat alasan-alasan untuk percaya bahwa langkah tidak wajar dan banyaknya gangguan dalam kehidupan sehari-hari dapat membahayakan kesehatan pikiran dan tubuh kita.

Kita tidak dapat memencet tombol penundaan pada dunia yang sibuk dan kita tidak dapat keluar darinya.

Tetapi mungkin meditasi adalah suatu cara untuk mendorong sebuah perasaan kesejahteraan - sebuah nafas yang dalam di tengah angin kencang.

"Seperti yang dikatakan sendiri oleh Dalai Lama dalam bukunya The Art of Happiness (Seni Kebahagiaan), kita mempunyai kemampuan untuk merubah diri kita sendiri karena memang sifat, struktur dan fungsi dari otak kita," kata Davidson. "Dan itu adalah pesan yang penuh harapan karena saya pikir hal itu menanamkan keyakinan manusia bahwa terdapat hal-hal yang dapat mereka lakukan untuk membuat mereka sendiri lebih baik."

Sumber : http://www.cbc.ca/news/background/meditation/
Penerjemah : Jenny H., Surabaya

Dikutip dari:http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=776&multi=T&hal=0

Minggu, 29 Mei 2011

Meninggalkan Dhamma = Meninggalkan Kebahagiaan Sendiri

Meninggalkan Dhamma = Meninggalkan Kebahagiaan Sendiri




Meninggalkan Dhamma = Meninggalkan Kebahagiaan Sendiri
Oleh: Irwan Sutejo

Pertama-tama perkenalkan diri saya terlebih dahulu, nama saya Irwan Sutejo dengan nama Buddhis saya Indavadi. Nama Buddhis saya merupakan hasil pemberian Bhante Vijito pada hari raya Waisak tahun 2002.

Terlahir di kota Medan , saya seperti orang-orang keturunan Tionghoa sebelumnya yakni merupakan penganut Agama Buddha tradisi, atau yang lebih dikenal sebagai Agama Buddha KTP. Sejak kecil saya selalu dididik oleh kedua orang tua saya mengenai cara-cara menjalankan tradisi sembahyang dan sebagainya. Agama Buddha KTP yang dimaksud adalah saya masih menjalankan ritual bakar uang-uangan kertas, masih mengambil jimat dikelenteng, dll. Hal tersebut berlangsung terus menerus, bahkan ketika saya sudah menginjak kursi sekolah, pembelajaran mengenai Agama Buddha di sekolah tidak menarik minat saya. Tidak dipungkiri Agama Buddha yang diajarkan saya tidak pernah mencoba mengerti maupun mendalaminya. Hal tersebut sangat mungkin berkaitan dengan kamma saya yang mungkin belum berbuah, sehingga pada saat SD saya benar-benar sangat buta akan Agama Buddha. Satu hal yang membuat saya tahu adalah “dosa”. Banyak sekali cerita maupun terror berupa dosa akan hal buruk yang jika kita perbuat dan juga keyakinan tradisi lainnya.

Meski masa kecil saya tidak berupa sosok yang jahat, tapi yang pasti saya bukanlah sosok yang kenal maupun familiar dengan Agama Buddha. Hal tersebut berlangsung hingga SMP di mana saya semakin menjadi-jadi. Saya diajar oleh seorang guru agama yang sudah mempunyai reputasi buruk di sekolah dan tidak memberikan apa-apa bagi batin saya. Masa SMP adalah masa-masa di mana saya semakin jauh dari yang namanya “Buddha”. Tidak ada agama dalam hidup, meski sekali lagi saya bukanlah sosok yang jahat, cuma ketidaktahuan saya telah membuat saya menjadi buta segalanya. Keadaan mulai berubah saat saya memasuki kursi SMA, saya bertemu seorang guru Agama Buddha aliran Theravada. Tidak tahu apa yang terjadi tapi saya menjadi benar-benar tertarik dengan penjelasan beliau yang bisa diterima dengan akal maupun logika (sejak SD sampai SMP saya diajar oleh guru dengan basic bukan Theravada).

Saya mengenal beliau dengan baik, hal tersebut berimbas pada pengetahuan saya mengenai Agama Buddha. Saya mulai merasakan kesejukkan mengenai Agama Buddha, hingga akhirnya saya bersedia divisudhi untuk pertama kalinya. Saat itu merupakan saat yang paling berbahagia dalam hidup saya, di mana saya mulai merasakan kedamaian akibat ajaran Agama Buddha. Saya bangga akan perbuatan saya baik buruk atau baik, saya berani untuk menerima akibatnya. Saya merasa sebagai sosok yang tidak mencoba mencari perlindungan selain pada perbuatan saya sendiri. Hal tersebut berlanjut hingga saya bersedia mengabdikan diri untuk menjadi pengurus satu-satunya Vihara Theravada di kota Medan yakni: Vihara Mahasampatti. Saya bekerja tanpa pamrih dengan tujuan memajukan Agama Buddha. Akibat dari tekad saya tidak jarang orang tersinggung oleh tindakan saya, tapi tidak pernah saya pedulikan.

Ketika saya mencoba membunuh suatu makhluk hidup saya mulai berpikir akan kondisi yang sama jika terjadi pada diri kita. Ketika saya melihat bunga mekar, batin saya mulai berkata pada saya apa yang diperbuat itulah yang dipetik. Ketenangan yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Damai yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya menjadikan saya tidak lagi merasakan ketakutan maupun kegelisahan apapun. Betapapun saya pernah mengagungkan kekerasan tetapi sekarang saya mulai merasa dengan menyakiti orang lain sesungguhnya kita menyakiti diri kita sendiri. Saya mulai berpikir mengenai kondisi tidak kekal, penderitaan, dan tidak adanya ego. Saya tidak terhipnotis dan tidak terbuai oleh yang namanya surga, tetapi semua perbuatan saya lakukan semata-mata untuk kebahagiaan semua makhluk yang ada.

Namun hal tersebut tidak bertahan lama, ketika saya pindah ke Jakarta untuk keperluan pendidikan, perlahan tapi pasti saya mulai berubah kembali. Buddha mulai pudar meski kedamaian yang pernah ada masih berbekas. Syukur pada semuanya ketika kondisi mulai memburuk saya dipinjamkan suatu VCD oleh teman saya yang berjudul Angulimalla. Satu ucapan dari Sang Buddha membuat saya kembali hingga saat ini yakni “Berhenti”. Saya begitu terhanyut ketika Beliau menyatakan ucapan dan kalimat lanjutannya. Saya sadar bahwa saya juga harus “Berhenti”. Akibat dari hal tersebut Agama Buddha tidak pernah dan tidak bakal saya tinggalkan lagi pada kehidupan saya selanjutnya. Apa yang ingin saya sampaikan adalah berangkat dari agama tradisi, saya kemudian mencoba mencari tahu mengenai Agama Buddha secara sendirian (Ehipassiko), hingga kini saya menjadi sosok yang bahagia karena Dhamma.

Saya tahu banyak pribadi yang mengalami masalah seperti saya, dan juga banyak sekali yang berpindah agama karena hal tertentu. Di sini saya hanya mencoba menyampaikan satu hal yakni cobalah untuk mendekati Sang Buddha dan ajaranNya. Jangan pernah meninggalkan ajaran kesunyataan tersebut karena dengan melakukan hal tersebut kita telah meninggalkan kebahagiaan kita sendiri. Saya bukan sosok yang bisa menghafal semua paritta dan mengerti semua ajaran Dhamma, tapi untuk semua pribadi saya sarankan berpijaklah pada empat pernyataan Sang Buddha yakni:

janganlah berbuat kejahatan,
tambahkanlah kebajikan,
sucikan hati dan pikiran,
inilah inti ajaran para Buddha.

Mungkin cerita saya jauh dari kesan magic. Tetapi yang ingin saya sampaikan adalah bahwa semua orang bisa seperti saya apabila mereka berusaha mendekati Buddha dan ajaranNya. Bukalah pintu hati dan pikiran untuk mencoba mencari kebahagiaan dalam ajaranNya, niscaya batin dan kepercayaan tidak akan tergoyahkan.

Semoga cerita saya menjadi inspirasi bagi siapa saja yang mengalami kesulitan mengenal Agama Buddha dan sedang tergoyahkan batin maupun kepercayaannya. Tidak ada unsur kepalsuan dalam cerita ini dan semuanya berdasarkan pengalaman nyata saya.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Jumat, 27 Mei 2011

Jutawan Menjadi Bhikkhu

Jutawan Menjadi Bhikkhu


Mengapa seorang playboy yang mencintai olahraga croquet melepaskan segalanya untuk mencari penerangan.

Agustus 2001, Daily Telegraph, Australia
Oleh STAVRO SOFIOS

Sebulan yang lalu Jose Sanz memiliki satu juta dollar rumah mewah besar dan tiga kekayaan eksklusif lainnya, menghibur kaum elit Sidney dan pewaris sejuta dollar dinasti tembakau.

Saat ini, mantan dokter ahli kandungan Sidney dan dosen universitas akan bangun pada jam 5:30 pagi dan memakai satu-satunya pakaian yang ia miliki - satu set empat potong jubah berwarna coklat dan oranye, kekayaan terakhir yang dimilikinya.

Dr. Sanz - sekarang dikenal sebagai Venerable Yanatharo - telah menyumbangkan harta pribadinya yang lebih dari $ 5 juta demi suatu usaha mencari keharmonian spiritual sebagai seorang Bhikkhu di sebuah vihara di bagian barat Sidney. Dokter yang dihormati, juara olahraga croquet dan pendiri the Double Bay Bridge Club sekarang setiap hari menghabiskan 12 jam bermeditasi dan berdoa di vihara Wat Phrayorthkeo Laotian di Edensor Park.

Kehidupan barunya juga mengajaknya bekerja dengan remaja yang kurang mampu di Cabramatta dan para tawanan penjara yang dibebaskan siang hari. Kekayaan pribadi bhikkhu tersebut - lebih dari $ 5 juta dalam bentuk rumah-rumah, mobil-mobil dan tunai - diberikan kepada anak-anaknya, yang menurutnya marah atas keputusannya (menjadi bhikkhu) ini. Dr. Sanz, 55 tahun, juga memberikan harta sejuta dollarnya kepada saudara perempuannya - satu perkebunan tembakau 3000 hektar di Argentina yang telah menjadi milik keluarganya sejak tahun 1580.

Ia berkata "Saya sama sekali tidak mempunyai ide (jumlah kekayaan sesungguhnya) dan saya tidak peduli". "Kita hidup bersusah payah demi rumah, mobil, uang. Saya hendak menjauhi semuanya ini. Saya keluar dari rumah dan memberikan kuncinya kepada anak-anak saya. Mereka adalah umat Katolik Roman yang setia dan mereka berpikiran bahwa saya telah dibawa oleh suatu pengikut (aliran tertentu)." Umat Buddha yang taat selama 15 tahun ini diperbolehkan menjadi seorang bhikkhu dengan tradisi Laos setelah membuktikan bahwa ia tidak mempunyai hutang-hutang dan kewajiban-kewajiban terhadap orang-orang lain setelah kematian istrinya 18 bulan yang lalu.

"Saya merindukan minum bir bersama teman-teman setelah berolah raga," Saya merindukan pergi ke kedai minuman dan berjumpa dengan gadis-gadis. Saya melepaskan empat bulldog kesayangan saya - karena saya tidak diperbolehkan memelihara mereka. Kita harus tidak melekat sama sekali, tetapi saya masih merindukan anjing-anjing saya, mobil saya - tetapi tidak keluarga saya."

Sekretaris Cammeray Croquet Club, Mila Kotala berkata bahwa Dr. Sanz meninggalkan karir olah raga yang sedang menanjak, "Olah raga croquetnya sangat dikagumi di NSW."Ia sangat ramah, jejaka yang sangat gembira." Kehidupan Dr Sanz melibatkan pelajaran harian tentang cerita-cerita yang berisi ajaran Buddhist dan meditasi berjam-jam. Filsafat Buddhist membolehkan sedikit ruang untuk teknologi baru: Dr. Sanz tidak dapat melihat TV tetapi ia dapat belajar dengan para pemimpin di Laos melalui Internet.

"Saya berusaha berkonsentrasi tetapi pikiran saya pergi kemana-mana. Kita tidak dapat mengubah masa lalu, masa depan tidak menentu maka kita hidup di saat ini. Kita berusaha sebaik mungkin, kita berusaha menambah karma baik."


Catatan : croquet - permainan yang mendorong bola kayu ke dalam gawang di lapangan.
Kontak Email : sanz@northnet.com.au


Sumber : Majalah Eastern Horizon, Malaysia, Edisi Jan - Apr 2002 Hal. 12
Penerjemah : Jenny, Sby

Sumber: http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=166&multi=T&hal=0